Selasa, 20 September 2016

Ilpus Ar-Raniry Mengenang 16 tahun kepergian Rektor IAIN Ar-Raniry, Prof.Dr.H.Safwan Idris, MA yang ditembak oleh orang tidak dikenal (OTK) di kediamannya saat konflik masih berkecambuk di Aceh, Fakultas Adab dan Humaniora UIN Ar-Raniry menggelar diskusi serial, Senin (19/9/2016) di Aula FAH kampus setempat.

Diskusi serial yang diselenggarakan oleh civitas akademika Fakultas Adab dan Humaniora yang mengusung tema “Mengenang 16 Tahun Kepergian Prof Sofwan Idris; Sosok Kharismatik, Berwatak Religius, dan Tokoh Pembaharu”, bersama Prof. Dr. M. Hasbi Amiruddin, MA dan Dr. Aslam Nur, MA, dipandu oleh Dr. Bustami Abubakar, M.Hum.

Dekan Fakultas Adab dan Humaniora UIN Ar-Raniry, Syarifuddin, MA.,Ph.D dalam sambutannya mengatakanbulan september adalah bulan kelabu bagi civitas akademika UIN Raniry secara khusus, dan rakyat Aceh secara umum, atas meninggalnya Tuan Guru Prof Safwan Idris pada tanggal 16 September 2000.

Menurutnya, Beliau dikenal sebagai sosok yang kharismatik, berwatak religius, tokoh pembaharu dan pemersatu bagi Aceh.“Kini 16 tahun sudah kepergian beliau, yang tidak pernah tahu apa dosa sang tuan guru, sehingga nyawa beliau harus dirampas secara paksa dan biadab tanpa menghiraukan sisi kemanusiaan”katanya.

Dalam kesempatan tersebut, Prof. Dr. M. Hasbi Amiruddin, MA dalam pemamparannya mengatakan banyak pelajaran yang bisa dipetik dari cara berpikir serta menjalani kehidupan dari seorang Prof.Safwan Idris.

Ia menilai, salah yang membuat kecintaan rakyat Aceh pada sosok Safwan ada pada 3 hal yaitu, intelektualitas, kualitas dan silaturahmi.

Sementara itu, Dr. Aslam Nur, MA yang tampil pada sesi kedua lebih melihat bagaimana tanggapan orang luar melihat dan menilai pak Safwan. Menurutnya Prof. Safwan Idris merupakan refresentasi ideal orang Aceh.

“Bagaimana seharusnya orang-orang Aceh berinteraksi itu terlihat pada alm. pak Safwan. Beliau adalah seorang cendikiawan yang ahli dalam ilmu keagamaan dan juga seorang pemuka masyarakat Aceh”,katanya.

Lebih lanjut, ia menjelaskan seperti yang dikutip dari tulisannya Prof.Dr.H.Amir Luthfi yang merupakan mantan Rektor UIN Sulthan Syarif Qasim Riau mengatakan bahwa sosok Safwan Idris sangat sederhana. Ia menilai sebagai seorang rector tentu dia mampu membeli pakaian dan aksesoris yang bermerk, namun beliau lebih memilih mementingkan nilai dan kegunaannya.

“Ketika banyak tokoh dan pemimpin-pemimpin menonjolkan materi, tetapi Safwan Idris justru sangat sederhana dan sebagai seorang ulama beliau amat toleransi dan selalu mengerjakan shalat ketika Azan berkumandang”,kata Aslam Nur diakhir diskusi. (AdzanCB)

0 komentar:

Posting Komentar

SELAMAT DATANG DI WEBSITE HMJ ILMU PERPUSTAKAAN UIN AR-RANIRY BANDA ACEH

Artikel Perpustakaan

Entri Populer