Banyak manusia yang ingin dirinya selalu merasakan kesuksesan
dalam usaha yang indah, semua berawal dari mimpi dan berharap semua itu akan
menjadi kenyataan. Tetapi hanya sebagian manusia yang dapat mewujudkan
mimpinya, sebagian lagi hanya berbicara tanpa melakukan sesuatu agar keinginan
mereka dapat tercapai.
Namaku Ica, dan aku salah satu dari mereka yang bisa di katakan
bergantung dengan mimpi dan selalu berkhayal untuk memiliki kehidupan sesuai
keinginan, tapi kenyataannya Tuhan menghendaki hal lain. Semua mimpi
indah yang kupunya dan yang kusangka selamanya akan menjadi indah ternyata
semua yang aku impikan menjadi sebaliknya.
Saat ini aku bermimpi sangat indah: mempunyai keluarga
yang rukun, bahagia dan selalu ceria. Namun semua berubah menjadi mimpi buruk.
Dalam kehidupanku, seakan hidup ku hanya sebatang kara tanpa kasih sayang yang
lengkap, kalau kenyataannya seperti ini aku bahkan menyesal pernah bermimpi
sangat indah dan hancur begitu saja tanpa ku mengerti apa maksud semua ini.
Apakah Tuhan mengubah semuanya demi kebaikanku atau ada hal lain
yang belum ku mengerti.
Sejak Ibu menghembuskan nafas terakhirnya, saat itu juga aku
merasa dunia berbalik menjadi mimpi buruk dan aku harus terbangun agar semuanya
tidak terjadi. Aku berharap semua kembali seperti di mimpi indahku.
Saat ini aku hanya mempunyai seorang Ayah dan adik-adik yang
masih kecil. Merekalah yang sekarang ini menjadi tanggung jawabku. Aku bahkan
selalu berharap jika Ibu dapat kembali membuka mata dan melihat dunia, kembali
tertawa bersama, kembali memeluk dan mendekap erat anak-anaknya.
Saat ini pula aku hanya bisa berkhayal sedemikian rupa, agar
semua berubah tetapi semuanya keliatan
hanya sia-sia, semua keputusan Tuhan tidak dapat berubah, tepat
pukul 00.00 WIB saat semua orang terlelap dalam mimpinya dan aku yang masih merenung, aku terpikir Tuhan melakukan semua ini demi kebaikanku dan
keluargaku. Karena Tuhan, aku yakin aku pasti kuat menjalankan semuanya dan
menerima tanggung jawab yang besar dan harus segera aku jalani.
Sampai sekarang aku berpikir tentang kehidupan ini: “apakah
aku berada dalam mimpi buruk yang belum terbangun ?” atau "aku di
kehidupan nyata yang harus aku jalani ?”
Ayah...
Ayah yang dulu pernah berjanji selalu menyayangi dan menjaga
kami, ia berusaha dengan keras atas kewajibannya untuk menafkahi kami.
Adik-adik kecilku yang seharusnya masih sangat membutuhkan kasih sayang kedua
orang tua pun ikut merasakan pahitnya dunia.
Andai aku bisa mengungkapkan semua secara langsung kepada Tuhan
“jujur aku belum mampu menerima kenyataan ini,” bahkan sedikit pun tidak terlintas
dalam pikiran ku, aku akan menjalani semua ini. Dan andai juga aku bisa
bermimpi bertemu Tuhan dan bertanya langsung kepada-Nya, aku pasti bertanya
"Tuhan apakah ini yang dinamakan kebahagiaan”
“Akankah aku mampu menjalankan semua ini”
“Tuhan, akankah diriku menjadi kuat”
“Tuhan, apakah aku hanya sendiri untuk cobaan seberat ini”
Semua pertanyaan itu membuatku semakin terpuruk. Akankah semua
pertanyaanku akan terjawab? Tetapi aku yakin Tuhan selalu ada untuk menjawab
semua pertanyaanku. Mungkin ini bukan waktu yang tepat. Terkadang aku sadar aku
adalah salah satu manusia yang banyak mengeluh sampai lupa bersyukur.
Kenyataan yang aku jalani bagaikan besi yang menimpa tubuhku,
membuatku tidak dapat bergerak dan berlari meninggalkan kepedihan yang sekarang
ini aku rasakan. Aku hanya terus berusaha membahagiakan diri sendiri tetapi
semuanya terasa hambar tanpa ada rasa kebahagiaan.
Mimpi dalam duniaku membuat diriku larut dalam keheningan, bagai
sepasang mata indah yang kumiliki, tetapi tak dapat kupergunakan untuk melihat
keindahan yang Tuhan ciptakan.
Tahun demi tahun, bulan demi bulan dan hari demi hari ku jalani
dan terus berjalan maju. Sedikit terbesit dipikiranku, aku tidak boleh seperti
ini terus-menerus,
“Aku harus bangkit!”
Aku melihat sekeliling, masih banyak diantara mereka yang lebih
sengsara dari pada kehidupanku.
Waktu terus berganti disertai pergantian musim dan aku tersadar
bahwa aku tidak boleh terus berputus asa seperti ini. Demi kebahagiaan Ibuku
disana, aku sangat yakin ia akan sangat bahagia jika aku menjadi anak yang
sukses dan menjadi pribadi yang baik. Dan sekarang genap 3 tahun kepergian Ibu,
usia ku terus bertambah hingga sekarang.
Diusiaku 20 tahun ini, diriku tumbuh menjadi sosok perempuan
dewasa, dan aku mencoba mengambil langkah kedepan tanpa melihat kebelakang:
dimana aku harus membagi waktu untuk kuliah, berorganisasi dan mengurus semua
pekerjaan rumah serta adik-adik kecilku.
Terbesit dalam hatiku, “Ibu anak perempuanmu sudah tumbuh
dewasa dan Ibu yang selalu mengajarkanku agar aku harus bersyukur untuk tetap
bahagia.”
Sekarang aku mengerti, dibalik kepahitan ada rasa manis yang
sekarang ini aku rasakan. Aku lebih mengerti arti hidup yang sesungguhnya,
sampai kutemukan seorang sahabat yang selalu memberi semangat padaku “mundur
selangkah untuk mulai berlari”.
Aku percaya ini semua jawaban-Mu Tuhan, atas semua pertanyaanku
di masa silam. Dan aku yakin aku dapat menjalani hidup dengan ditemani oleh
sahabat akan lebih mudah.
Tuhan, terimakasih Kau telah memberi pembelajaran hidup yang
sangat berarti untuk masa depanku. Kini aku bukan lagi di mimpi indahku, tetapi
aku berada di kenyataan yang benar-benar indah. Dan aku berjanji demi Ibu,
Ayah, sahabat dan keluargaku, untuk akan terus menjadi pribadi yang baik dan
membuat semuanya menjadi bangga. Terimakasih Tuhan.
“Tetaplah bersyukur karena Tuhan akan selalu menggantikan
mimpi burukmu menjadi kenyataan yang sangat indah”.
(ZKY)
0 komentar:
Posting Komentar