Rabu, 30 November 2016

Ilpus Ar-Raniry - Syarifuddin,MA.,Ph.D, Dekan Fakultas Adab dan Humaniora Universitas Islam Negeri (UIN) Ar-Raniry dipercaya untuk mempresentasikan tentang pengalaman di Hiroshima bagi pendidikan di Indonesia pada kegiatan The Jakarta Workshop On Promoting Cross Cultural Educational Exchanges In Asean bertempat di hotel Sari Pan Pacific,Jakarta yang berlangsung 28-29 November 2016.

Kegiatan ini diselenggarakan oleh Pusat Pengkajian Islam dan Masyarakat (PPIM) UIN Jakarta dan didikung penuh oleh Biro Perencaan dan Kerjasama Luar Negeri (PKLN) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia, dan Misi Jepang di ASEAN.

Dalam presentasinya yang berjudul “Pengalaman di Hiroshima Bagi Pendidikan di Indonesia”, Syarifuddin mengatkan bahwa Hisoshima adalah kota bersejarah di Jepang dan masyarakat dunia, karena pernah dijatuho Bom Atom oleh Amerika, juga merupakan peristiwa yang sangat dahsyat dan merenggut 140.000 lebih, serta efek radiasinya masih dirasakan oleh korban yang masih hidup sampai sekarang.

Menurut Syarifuddin, yang paling menarik dari sisi pendidikan bahwa setelah bom meledak, yang pertama kali ditanyakan oleh kaisar Jepang adalah “berapa orang guru yang tersisa; artinya guru adalah simbol kebangkitan sebuah bangsa.

“Jika dari sisi sejarah sepahit apapun sejarah sebuah bangsa semestinya bukan untuk ditutupi, tapi diproyeksikan untuk dijadikan pelajaran yang menggugah bangkit dari keterpurukan. Dan bahwa kebangkitan sebuah bangsa tidak terus mencetak senjata, tapi harus beralih ke teknologi baru seperti Jepang”,katanya

Ia menilai bahwa peran museum sangat penting bagi pendidikan, tapi siswa kita kurang sekali diajak ke museum, kurang sekali ada kesadaran kita bahwa museum memiliki peranan penting untuk pendidikan.

“Dalam al-qur’an ada “qisshah” dan “amsal”; ini mengajarkan kepada kita bahwa “jangan melupakan sejarah”. Namun teori ini belum mampu diaplikasikan”.jelasnya.

Dalam kesempatan tersebut, ia bersama kelompoknya juga melahirkan rekomendasi agar perlunya membuat jaringan antara pesantren alumni kunjungan ke Jepang, dan mengembangkan program aksi bersama secara regional sesuai dengan karakteristik dan sesuai broblematika masyarakat setempat.

“Kedepan agar program cross cultural educasional exchange itu tidak hanya melibatkan para pimpinan lembaga pendidikan, tetapi juga diproyeksikan bagi para guru dan peserta didik”,harapnya

Kegiatan ini diikuti oleh sekitar 225 peserta yang terdiri dari perwakilan dari sekolah agama dan umum, perwakilan pejabat pemerintah/ahli negara-negara anggota ASEAN, Alumni peserta program kunjungan pesantren Indonesia ke Jepang, Perwakilan pejabat pemerintah dari Kementerian Pendidikan dan Kebudyaan dan Kementeri Agama Republik Indonesia, Perwakilan tokoh pendidikan dan guru dari Jepang, Perwakilan tokoh agama dari Jepang, Perwakilan ahli dari Jepang, Perwakilan Pejabat Kemenlu Jepang, Perwakilan Pejabat Misi Jepang di ASEAN dan Kedubes Jepang di Jakarta. (ar-raniry.ac.id)

0 komentar:

Posting Komentar

SELAMAT DATANG DI WEBSITE HMJ ILMU PERPUSTAKAAN UIN AR-RANIRY BANDA ACEH

Artikel Perpustakaan

Entri Populer