Minggu, 16 Oktober 2016


Dream of Life
Oleh : Zulfi Kartika Yanti


Banyak manusia yang ingin dirinya selalu merasakan kesuksesan dalam usaha yang indah, semua berawal dari mimpi dan berharap semua itu akan menjadi ken-yataan. Tetapi hanya sebagian manusia yang dapat mewujudkan mimpinya, sebagian lagi hanya berbicara tanpa melakukan sesuatu agar keinginan mereka dapat tercapai.
Namaku Ica, dan aku salah satu dari mereka yang bisa di katakan bergantung dengan mimpi dan selalu berkhayal untuk memiliki kehidupan sesuai keinginan, tapi kenyataannya Tuhan menghendaki hal lain. Semua  mimpi indah yang kupunya dan yang kusangka selamanya akan menjadi indah ternyata semua yang aku impikan menjadi sebaliknya.

Saat ini aku bermimpi sangat indah:  mempunyai keluarga yang rukun, bahagia dan selalu ceria. Namun semua berubah menjadi mimpi buruk. Dalam kehidupanku, seakan hidup ku hanya sebatang kara tanpa kasih sayang yang lengkap, kalau kenyataannya seperti ini aku bahkan menyesal pernah bermimpi sangat indah dan hancur begitu saja tanpa ku mengerti apa maksud semua ini.

Apakah Tuhan mengubah semuanya demi kebaikanku atau ada hal lain yang belum ku mengerti.
Sejak Ibu menghembuskan nafas terakhirnya, saat itu juga aku merasa dunia berbalik menjadi mimpi buruk dan aku harus terbangun agar semuanya tidak terjadi. Aku berharap semua kembali seperti di mimpi indahku.
Saat ini aku hanya mempunyai seorang Ayah dan adik-adik yang masih kecil. Merekalah yang sekarang ini menjadi tanggung jawabku. Aku bahkan selalu berharap jika Ibu dapat kembali membuka mata dan melihat dunia, kembali tertawa bersama, kembali memeluk dan mendekap erat anak-anaknya.

Saat ini pula aku hanya bisa berkhayal sedemikian rupa, agar semua berubah tetapi semuanya keliatan hanya sia-sia, semua keputusan Tuhan tidak dapat berubah, tepat pukul 00.00 WIB aku terpikir Tuhan melakukan semua ini demi kebaikanku dan keluargaku. Karena Tuhan, aku yakin aku pasti kuat menjalankan semuanya dan menerima tanggung jawab yang besar dan harus segera aku jalani.

Sampai sekarang aku berpikir tentang kehidupan ini: “apakah aku berada dalam mimpi buruk yang belum terbangun ?” atau "aku di kehidupan nyata yang harus aku jalani ?”

Ayah...
Ayah yang dulu pernah berjanji selalu menyayangi dan menjaga kami, ia berusaha dengan keras atas kewajibannya untuk menafkahi kami. Adik-adik kecilku yang seharusnya masih sangat membutuhkan kasih sayang kedua orang tua pun ikut merasakan pahitnya dunia.
Andai aku bisa mengungkapkan semua secara langsung kepada Tuhan “jujur aku belum mampu menerima kenyataan ini,” bahkan sedikit pun tidak terlintas dalam pikiran ku, aku akan menjalani semua ini. Dan andai juga aku bisa bermimpi bertemu Tuhan dan bertanya langsung kepada-Nya, aku pasti bertanya
"Tuhan apakah ini yang dinamakan kebahagiaan”
“Akankah aku mampu menjalankan semua ini”
“Tuhan, akankah diriku menjadi kuat”
“Tuhan, apakah aku hanya sendiri untuk cobaan seberat ini”

Semua pertanyaan itu membuatku semakin terpuruk. Akankah semua pertanyaanku akan terjawab? Tetapi aku yakin Tuhan selalu ada untuk menjawab semua pertanyaanku. Mungkin ini bukan waktu yang tepat. Terkadang aku sadar aku adalah salah satu manusia yang banyak mengeluh sampai lupa bersyukur.
Kenyataan yang aku jalani bagaikan besi yang menimpa tubuhku, membuatku tidak dapat bergerak dan berlari meninggalkan kepedihan yang sekarang ini aku rasakan. Aku hanya terus berusaha membahagiakan diri sendiri tetapi semuanya terasa hambar tanpa ada rasa kebahagiaan.

Mimpi dalam duniaku membuat diriku larut dalam keheningan, bagai sepasang mata indah yang kumiliki, tetapi tak dapat kupergunakan untuk melihat keindahan yang Tuhan ciptakan.
Tahun demi tahun, bulan demi bulan dan hari demi hari ku jalani dan terus berjalan maju. Sedikit terbesit dipikiranku, aku tidak boleh seperti ini terus-menerus,
“Aku harus bangkit!”

Aku melihat sekeliling, masih banyak diantara mereka yang lebih sengsara dari pada kehidupanku.
Waktu terus berganti disertai pergantian musim dan aku tersadar bahwa aku tidak boleh terus berputus asa seperti ini. Demi kebahagiaan Ibuku disana, aku sangat yakin ia akan sangat bahagia jika aku menjadi anak yang sukses dan menjadi pribadi yang baik. Dan sekarang genap 3 tahun kepergian Ibu, usia ku terus bertambah hingga sekarang.

Diusiaku 20 tahun ini, diriku tumbuh menjadi sosok perempuan dewasa, dan aku mencoba mengambil langkah kedepan tanpa melihat kebelakang: dimana aku harus membagi waktu untuk kuliah, berorganisasi dan mengurus semua pekerjaan rumah serta adik-adik kecilku.
Terbesit dalam hatiku, “Ibu anak perempuanmu sudah tumbuh dewasa dan Ibu yang selalu mengajarkanku agar aku harus bersyukur untuk tetap bahagia.”

Sekarang aku mengerti, dibalik kepahitan ada rasa manis yang sekarang ini aku rasakan. Aku lebih mengerti arti hidup yang sesungguhnya, sampai kutemukan seorang sahabat yang selalu memberi semangat padaku “mundur selangkah untuk mulai berlari”.

Aku percaya ini semua jawaban-Mu Tuhan, atas semua pertanyaanku di masa silam. Dan aku yakin aku dapat menjalani hidup dengan ditemani oleh sahabat akan lebih mudah.
Tuhan, terimakasih Kau telah memberi pembelajaran hidup yang sangat berarti untuk masa depanku. Kini aku bukan lagi di mimpi indahku, tetapi aku berada di kenyataan yang benar-benar indah. Dan aku berjanji demi Ibu, Ayah, sahabat dan keluargaku, untuk akan terus menjadi pribadi yang baik dan membuat semuanya menjadi bangga. Terimakasih Tuhan.

“Tetaplah bersyukur karena Tuhan akan selalu menggantikan mimpi burukmu menjadi kenyataan yang sangat indah”.

0 komentar:

Posting Komentar

SELAMAT DATANG DI WEBSITE HMJ ILMU PERPUSTAKAAN UIN AR-RANIRY BANDA ACEH

Artikel Perpustakaan

Entri Populer